Minggu, 15 Mei 2011 | by Resha
Berawal dari kesalahanku beberapa malam yang lalu, semenjak itulah Dy selalu menutup pintu kamarnya. Berkali-kali aku instrospeksi diri di hadapan Bayu. Dan dia masih tetap menyalahkanku. It's fine. I promise I will be OK no matter happen.
Semalam, aku mengetuk kamarnya lagi, setelah kuungkapkan apa yang menjadi batas besar antara aku dan kekasihku - sementara kekasihku sedang sholat di kamarnya sendiri. Aku senang bersamanya, itulah satu-satunya alasan aku selalu berlari menghambur di kamar Dy. Salahkan aku lagi, sayang...
Aku sudah tahu alasan Dy menutup pintu saat itu [tanpa dijelaskan oleh Bayu sekalipun, aku sadar kesalahanku kepadanya dan kepada kekasihku]. Yang kulakukan saat Dy menjawab "Gak kukunci" aku menahan kakiku untuk melangkah melebihi batas yang seharusnya. Dy duduk menghadap laptopnya, membuka aplikasi Microsoft Office Word dan ada beberapa kalimat kulihat disana. Ketika Dy mulai memblok semua tulisan itu [yang kurasa akan segera dihapusnya] aku berkata bahwa aku takkan masuk kesitu, sesak nafasku kambuh dan kalau diperbolehkan aku ingin [berada disampingnya] memakai kipas angin mungilnya. :)
GAK!!
Aku menangis ketika akhirnya Dy menolakku masuk ke ruangannya. "Besok akan kupasang tulisan CEWEK DILARANG MASUK". Dan kata-kata selanjutnya sudah tak bisa kucerna. Hatiku menangis lebih dulu daripada air mata yang keluar kemudian. Kupastikan kata-katanya cukup mudah dicerna, sangat halus dan cukup membuatku menangis keras malam itu.
Karena tak kuat menahan getaran amarah dan kekecewaan yang mulai merambat ke atas, aku menutup pintu itu tanpa Dy menyelesaikan kalimatnya [aku melihatnya belum selesai bicara saat aku mulai menarik kenop pintu untuk kemudian kututup]. Aku hampir menangis menghadap pintu dari ruangan yang cukup berkesan itu. Kubuka lagi pintu itu dan kukatakan maaf.
MAAF KARENA BIKIN KAMU GAK ENAK ATI SAMA R.
Dy hanya terpaku menatapku. Dan tertutuplah pintu itu. Aku mulai berjalan menjauh. Sayangnya tangisanku langsung pecah saat aku memasuki ruanganku. Tiba-tiba kekasihku datang menghampiriku, berusaha meredakan tangisanku yang tak kunjung berhenti di malam hari. Kekasihku mengelus rambutku, mengusap air mataku. Kali ini dia melakukan hal benar.
Aku berjalan ke kamar itu lagi, membukanya tanpa mengetuk lebih dulu, menaruh buku yang kubawa dari kamarnya [sudah kuselipkan kertas berisi maafku disana] sambil menatapnya.
Tuhan, salahkah aku mempunyai perasaan kepadanya?
Tanggal 12 Mei 2011
Aku bangun cukup siang pagi itu. Dan semalam aku tidur tanpa kekasihku. Aku berjalan ke kamar mandi dan mencuci muka. Melewati kamarnya dan perasaanku mulai bergejolak lagi. Aku sedang berada di kamar ketika akhirnya Dy bangun dan berkata "Kenapa tak ada yang membangunkanku? Kemana mereka? Sudahkah mereka berangkat kuliah?"
Sudah, jawabku. Kata yang simpel tapi cukup untuk membungkam mulutnya dan memaksanya menatapku. Ada sepersekian detik saat itu. Tak tahu apa maksud dari pembicaraan mata kami. Dia kembali ke ruangannya [dan sekali lagi menutup pintu itu erat-erat].
Aku memilih untuk pergi dari rumah itu setelah aku menorehkan salah kepada Dy dan kepada kekasihku. Aku kembali ke duniaku sendiri.
Label: 'boUt mE


kind of people who think "I can do better than them" then truly act BETTER THAN THEM.
Married with earphone ;p and listen to any kind of music.
I'M the most hyper and crazy people than all of my friends.
I'M a strong woman. I get through all difficulties, no matter what.
I express my opinions bluntly. My colleagues admire me for that.
No one can fool me, because i can see through liars immediately.
Either wildly naive or dangerously intelligent.
